Official Acha Viewers

Kamis, 02 Juni 2022

In Memoriam Oppung Bella boru Rajagukguk 

In Memoriam Oppung Bella boru Rajagukguk L

Hello, long time no see blogger. I am really missing create or write and tell anything in here. Hahaha

Setelah nikah, dan Tuhan kasih kepercayaan punya anak langsung dua, kayaknya duniaku selama hampir 4 tahun ya sibuk aja terus sama anak anak, sama suami dan sama komunitas dan tentunya usaha sendiri. Nggak usaha gede sih masih kecil kecilan aja, sambil ngisi rutinitas hehe

So, am comeback, kayak udah lama gak cerita, jadi banyak banget keluh kesah ataupun berkat Tuhan yang hadir dalam hidupku selama ini.

Now, aku mau berbagi cerita tentang oppungku. Yap, she’s the one my grandma who always support and give a spirit to me. The one and only! Maksudku, oppungku ini adalah oppung satu satunya yang masih hidup, sementara 3 oppungku yang lain, sudah berbahagia bersama Tuhan di Surga.

“molo didokkon jolma tabo nai na mar oppung i”
sitoho do tutu tabonai molo hurasa. Bahkan kalimat itu sangat sangat melekat, berarti dan sangat berkesan dalam hidup ku semenjak kepergian oppung.

Sabtu, 7 Mei 2022 adalah hari terberat dalam hidupku. Dan lagi lagi patah hatiku kembali tumbuh, setelah pertama kehilangan amangboruku. Masih ditahun 2022 juga (akan kuceritakan sedikit kisahnya pula). Tahun ini rasanya seperti tahun terburuk. Entah berapa banyak air mata yang terjadi tahun ini.

Sabtu pagi 7 Mei 2022 ini aku masih dirumah Mama, berlibur libur lebaran. Setelah asik berlibur beberapa hari kebelakang akhirnya aku memutuskan hari ini ingin beristirahat saja dirumah menghabiskan waktu sebelum akhirnya pulang kerumah dan sibuk dengan rutinitas.

Sabtu pagi rasanya tidak ada firasat apa apa, hanya saja kami (saya, mama dan beberapa keluarga oppung alias tulang, inanguda dan sepupu sepupuku yang lain) sedang asik video call bersama oppung.
Disitu saat itu posisi oppung memang sudah semakin kurus, bahkan bisa dibilang hanya tinggal tulang, semakin menunjukan bahwa oppung sudah lelah dengan dunia ini, semakin menunjukkan bahwa oppung sudah capek. Dan tulang pun berkata pada mamaku, “ito, songon na hurang oma on na mangalang I, dang habis siallangona, jala minum susu pe dang habis’ (kak, seperti kurang mama ini makannya, nggak habis makanannya, susunya pun gak habis)
dikasih liat lah muka oppung waktu itu di kamar lagi sambil tiduran, udah lemes sekali. Oppung memang sudah agak pikun juga, saat ini.saat itu akupun liat kondisi oppung, dalam hati aku hanya bilang “kalau kondisi oppung kaya gini dan gak diinfus gak akan lama ini. Sore pun bisa jadi meninggal.”

Aku bilang lah sama mama, mak suruh aja oppung diinfus, setidaknya dari cairan yang diinfus ada tenaga, biar gak lemes banget.
lantas mama bilang “oh ido ito. Bereng bereng ma omak ta da ito, molo annon dang masuk mangan, jou hamu ma bidan i, asa diinfus ma omak ateh.” (oh gitu dek, lihat lah ya mama itu, kalo nanti gak masuk makanan panggil aja bidan yang biasa kerumah itu biar diinfus si mama)
Olo ito, alai lagi tu pesta do inna bidan i, alai nga husuru tu jabu molo ngamulak (iya kak, tapi lagi ke pesta bidan itu, tapi sudah ku suruh kerumah kalau sudah pulang)

Mama sempat ngobrol sama oppung dan sempat bilang sama oppungku
“Ma sehat ya, nanti bulan depan aku pulang. Libur panjang, kalau bulan ini gak bisa aku pulang karena ngurus ngurus pensiunku dulu ya Ma. Bulan depan mak aku pulang biar bisa ku urus urus Mama.”

Bahkan oppung yang tergeletak dikasur pun masih bisa menjawab “oLo inang, sehat pe au, sehat sehat ma hamu sude dah, molo au manang andigan pe dialap Tuhan nga tung las rohakku. Nga sae sude hamu, bahkan nga boi au sappe marnono. Sai na matua ma parjolo inang.” (iya anakku, sehat pun aku. Sehat sehat kalian semua ya, kalau aku, kapanpun dipanggil Tuhan udah siap aku, udah tenang. Sudah selesai semua bahkan sudah bisa sampai punya cucu lagi dari cucuku. Yang tua lah yang dipanggil Tuhan) ini kalimat selalu diulang ulang setiap kami video call atau bertelepon.  Setelah itu aku tinggal mama yang masih asik video call dengan oppung, karena aku harus menidurkan Alsava dan Elvano.

Elvano sudah tertidur, tiba tiba adikku ngirim WA dan bilang kalo Al tiba tiba panas. Akhirnya aku cek keadaan Alsava yang hanya tidur disebelah kamar ELvano, dan benar saja dia tiba tiba demam. Awalnya aku mikir karena kecapekan mungkin ya beberapa hari kebelakang asik jalan jalan. Lalu aku pun minta tolong suami untuk membeli bye bye fever tentunya, karena aku sangat paham Al demam pasti teramat sangat rewel.

Akupun akhirnya mengambil obat sanmol lalu memberikan nya kepada Al, maksudnya agar dia bisa istirahat. Setelah dia minum obat aku pun kembali menidurkan Al. Al tidur tapi sesekali dia terbangun dan terkaget kaget diikuti tangisan. Berulang ulang seperti itu. Lagi menidurkan Alsava, tiba tiba ada panggilan video call grup kira kira jam 1 siang dari WAG Op. Bela Sitinjak. Tadinya aku nggak mau angkat karena takut malah jadi mengganggu Al yang sedang berusaha untuk tidur, tapi karena pas aku cek mama gak angkat tlp nya, akhirnya aku pun mengangkat dan membuka apa yang sedang dibicarakan.

Jujur awalnya pas aku liat video itu hanya ada sepupuku yang sedang menangis dan oppung yang sedang tertidur, demi apapun aku masih menyangka oppung tidur dan mungkin memang kondisi nya sudah gawat, hanya itu saja. Tapi seketika tulang ku pun berkata “Nga lewat be bere” artinya sudah meninggal. Sontak aku kaget. Langsung lari kebawah untuk memberitahukan ke Mama, ku tinggal Alsava. Sambil lari lari aku teriak Mama Mama. Sampai dikamar aku kasih tau Mama kalau oppung udah meninggal. Aku? Jelas menangis bener bener menangis, mamapun sama duduk disebelahku sambil menangis. Papa yang mendengar aku menangis sambil teriak teriak bertanya ada apa? Lalu kujawab Oppung sudah meninggal. Papa langsung berkordinasi sama orang orang yang dikampung. Aku berusaha menghapus air mataku sambil menguatkan mama, aku tahu mama pasti lebih hancur. Belum sempat bertemu oppung, belum sempat mengurus oppung dihari tuanya, bahkan belum bisa juga mewujudkan keinginannya untuk membawa oppung ke Bandung lagi. Akupun sama, tak kalah hancur hati dan perasaanku, saat itu. Hanya bisa berserah dan berdoa agar bisa ikut mengantarkan oppung ketempat peristirahatan terakhirnya.

Setelah kurang lebih 30 menit, aku pun mematikan video call lalu beranjak kembali menemui Al, Al masih dalam keadaan demam. Aku berpikir sebentar walau sebenarnya pikiranku sedang tidak baik baik saja. Tapi aku berpikir dengan cepat, aku menjawab pertanyaan kenapa Al tiba tiba demam tinggi, jawabannya adalah Oppung ingin pamit kepada nono nya yaitu Alsava. You know guys? Alsava adalah satu satunya nono yang paling dekat dengan oppung bahkan bisa dibilang Oppung adalah pangarorotnya Alsava dari dia belum lahir sampai dia 9 bulan lebih sebelum oppung kembali kekampung. Bahkan sebelum oppung meninggal, kami berjanji akan pulang dibulan Juni untuk bertemu sekaligus ingin membawa El ketemu sama oppung, ketemu sama buyutnya. Karena setiap kali video call oppung selalu antusias melihat perkembangan Alsava dan juga Elvano, oppung selalu tersenyum dan senang setiap melihat mereka berdua.

Aku berusaha tenang, lalu kembali aku menghubungi suami untuk memberitahu kalau oppung sudah meninggal. Ku suruh dia pulang cepat kerumah. Akupun meminta izin kepada suami untuk bisa ikut pulang kekampung dan membawa Alsava, puji Tuhan suami pun mengizinkan dan mendukung penuh keinginanku untuk pulang.

Let me tell you, kenapa aku mau pulang kekampung bawa Alsava.
1. Oppungku ini ya tinggal satu satunya, dan dulu waktu oppung dari bapak meninggal aku gabisa ikut sampai dua kali karena sekolah dan ujian. Waktu oppung doli dari mama aku ikut tapi posisinya aku masih kecil banget jadi aku bener bener gak inget.
2. Oppung ini bener bener berarti dan luar biasa buatku. Dia punya semangat tinggi banget! Kenapa? Karena walaupun dia sudah tua dan kondisi nya semakin menurun dia masih saja bersemangat untuk bepergian.
3. Wisuda aku dua kali oppung datang, Nikah aku di Sumbul oppung datang, bahkan sampai aku mau melahirkan Alsava bulan Maret, oppung dari bulan Februari udah datang, dia begitu semangat dan antusias untuk bertemu nono nya. And you know? Satu satunya cucunya yang dia datengin waktu wisuda ya hanya aku, satu satunya cucu yang bisa kasih nono sampai dia bertitle dua nono ya hanya aku sampai saat ini. Bukan sombong ya, hanya ingin mengatakan sebegitu luar biasanya oppung sama kami. Bahkan sampai yang bantu aku jaga jaga Alsava waktu masih bayi ya hanya oppung, yang cuci baju aku, baju Alsava, popoknya, singlet, celana, bedong dan semuanya ya oppung kalo pagi pagi karena posisinya Mama kerja, suami kerja. Jadi hanya aku, oppung sama bapak yang dirumah. Se-baik itu oppung buat hidupku. Teramat sangat baik bahkan.
dia nggak pernah marahin aku, dia nggak pernah emosi ataupun kecewa sama aku, tulus banget. Bahkan dulu waktu oppung masih sering main ke Bandung sering banget aku dikasih uang jajan sama oppung
L
4. Kenapa aku bawa Alsava? Karena hanya Alsava yang sempet dilihat oppung, dirawat, dijaga, digendong dan disayang banget sama oppung.
5. The last aku bisa ketemu oppung terakhir kalinya, bisa peluk, bisa ngobrol walau oppung gak bisa jawab omonganku, bisa sayangin oppung kaya waktu oppung sayangin aku dan Alsava. Suatu saat nanti aku tidak bisa melihat oppung lagi hanya makam dan salib saja yang bisa kulihat
6. Meninggal adalah tempat terakhir semua manusia, dan mengantarkan nya adalah pertemuan terakhir, tidak akan adalagi pertemuan pertemuan berikutnya, berbeda dengan melahirkan, pernikahan, pesta ulangtahun masih bisa bertemu kembali. Meninggal? Tidak akan adalagi waktu untuk bertemu.

Dan aku berpikir dari banyak nya hal yang oppung kasih dan lakukan buat aku, masa aku nggak bisa datang untuk sekedar mengantarkan oppung ketempat peristirahatan terakhirnya? Sejahat itukah aku? Seegois itukah aku? Se-gak peduli itukah aku sama oppung? Oh no, I cant. Dan akhirnya suami mengizinkan dengan alasan Alsava harus sehat baru boleh ikut.

Mama, Bapak dan kedua adikku fix berangkat hari Selasa pagi dari Jakarta langsung ke Silangit, sementara aku belum fix untuk mengambil tiket karena harus memastikan kondisi Alsava.

Senin malam kondisi Alsava membaik, aku berniat untuk membeli tiket kepergian Rabu, karena tidak mungkin aku packing secepat kilat apalagi bawaan anak pasti lebih banyak dari pada bawaan orang dewasa. Daaaan, lagi lagi aku diuji, tiba tiba jam 10 malam Elvano yang demam tinggi sampai 40. Syok, sedih dan banyak banget ekspresi yang terjadi dalam diriku. Aku panggil mama dan bilang El demam tinggi mak. Mama kaget. Lantas mama bilang duh kenapa ya kami mau pergi kok malah gentian. Yaudah lah kamu gausah pulang aja, nanti aku sampaikan pesanmu ke oppung ya. Nangissss!!! Serius aku nangis, kayak gimana ya, perasaanku gak bisa disampaikan dengan kata katanya pokoknya. Hancur teramat sangat. Perih dan patah banget hatiku Tuhan.

Aku coba tenang dan coba berpikir kembali. Akhirnya suami pulang dan aku kasih tau kondisi El saat ini. Suami diem aja. Aku udah gabisa berpikir apa apa, kayak Tuhan nggak ngizinin aku pulang, kayak Tuhan nggak mau aku pergi melihat oppungku..Berat bangeeet.. L L L

Padahal Al kondisinya sudah mulai membaik tinggal pemulihan, dan suami siap untuk menjaga dan merawat El ketika kami pergi. Tapi apa? Semuanya sia sia sudah. Aku menemani dan menidurkan El, tangan El panas, dia sampai kaget kaget tidurnya bahkan dia sampai peluk aku dan tangan ku ditarik supaya meluk dia. Ya Tuhan, kenapa anakku sampai sebegininya? Dan kenapa ini terjadi samaku yang kondisinya aku akan berangkat pergi? Kenapa gak sakit setelah aku pulang saja? Terus aku menyalahkan Tuhan, aku merasa Tuhan jahat, teramat jahat pada diriku, terlalu banyak ujian yang Tuhan berikan ke hidupku tahun tahun ini. Lelah, capek bahkan kadang ingin menyerah.

El sudah tidur tapi masih dengan kaget bahkan bibirnya komat kamit, aku minta suami untuk menemani El, karena Al sudah teriak teriak ingin tidur denganku. Fyi Al memang kalau tidur harus dengan mamanya. Aku menidurkan Al sambil menangis karena merasa bingung, galau keputusan apa yang harus ku ambil. Al sudah tidur, dan entah baru tidur 1 atau 2 jam dia tiba tiba terbangun sambil menangis dan berteriak “Mama disini, mama disini” berulang kali sambil menunjuk arah gorden. Aku kaget dan ikut nangis, aku menganggap oppung datang kerumah dan memberitahukan bahwa ada disini memalui Al. aku teriak manggil mama dan adikku. Mama datang dan bertanya ada apa, belum aku jelaskan mama melihat Al melakukan hal yang sama. Mama hampir nangis. Akhirnya mama ambil air dari kamar mandi dan langsung membasuh muka Al sebanyak 3 kali. Setelah itu, aku pun berdoa dan didalam doa aku bilang “Oppung, kalau memang oppung pamit sama Al dan datang kesini ingin pamit sama kami disini. Kami siap oppung, kami ikhlaskan oppung, tapi jangan bikin Al dan El demam ya oppung. Kami semua sayang banget sama oppung.” Setelah aku berdoa, Al berhenti. Dia tidur meski masih sering terbangun dan menangis tapi setidaknya sudah teriak teriak dan berkata “Mama disini” lagi.

Jam 00.30 Selasa dini hari, Keluargaku pun pergi ke tempat bis untuk berangkat ke Bandara diantar oleh sepupuku. Aku terus berkomunikasi dengan Mama dan adikku. Selasa pagi suami bekerja sementara aku harus mengurus El yang masih demam dan Al yang masih tahap pemulihan dari sakitnya. Aku berusaha tetap kuat, tapi lagi lagi air mataku turun tak tertahankan.

Beberapa aku video call dengan Mama hingga sampai mama dirumah oppung, aku pun mencoba menanyakan pada sepupuku yang sudah disana dan sudah menjemput keluarga. Tangis isak Mama, Bapak dan kedua adikku pun tak tertahankan, sepupuku menghubungiku lewat video call dan aku menyaksikan keluargaku datang dan menangis, aku? Jelas menangis juga bahkan sampai tante tanteku berkata “udahlah inang mama Alsava jangan nangis lagi, mama udah sampaikan semua pesanmu. Sehat sehat kau ya disana, anak mu lagi sakit jangan sampai kau sakit karena kau nangis terus. Oppung sudah tenang, sudah bahagia di Surga ya boru.” Aku hanya menangis dan mengangguk terhadap apa yang disampaikan tante tanteku, mereka tahu sehancur apa hati dan perasaanku saat ini.

Hari kamis adalah hari Oppung diadatkan, dan puji Tuhan adat saur matua yang oppung pakai, betapa bahagia nya oppung pasti. Rabu malam kami semua mandok hata alias ucap ucap kata perpisahan buat oppung. Aku? Jelas langsung ditelepon Bapak untuk bisa mengucapkan selamat jalan pada oppung walaupun hanya lewat video call. Ada tangis yang kembali hadir, bukan bukan karena aku oppung meninggal, tapi melainkan aku tidak bisa berada disamping oppung, tidak bisa ikut acara oppung bahkan tidak bisa ikut mengantarkan oppung ke tempat peristirahatan terakhirnya. Itu yang membuat hatiku rasanya semakin sakit dan sedih. Oppung meninggal di usia 78 tahun, suatu anugrah luar biasa Tuhan kasih bonus 8 tahun buat oppung. Oppung meninggal tanpa menyusahkan kami yang harus bolak balik bawa Oppung kerumah sakit, yang harus ngurus oppung dari A sampai Z nya, oppung meninggal bahkan beliau masih bisa ngambil makan sendiri, masih bisa berdiri, masih bisa berjalan walau sudah mulai lelah, masih bisa minum. Se-keren itu memang oppung, se-gak mau merepotkan kami semua.

Acara adat saur matua oppung puji Tuhan berjalan dengan baik dan lancar tanpa hambatan semua. Puji Tuhan aku bisa ikut juga walaupun hanya lewat zoom. Banyak banget yang sayang oppung, banyak banget yang kehilangan oppung, banyak yang menangis akan kepergian oppung walaupun sebenernya kita harusnya bersyukur karena oppung pergi dengan kenangan indah dan manis, banyak banget yang datang ke acara saur matua oppung bahkan sampai banyak yang ikut mengantarkan oppung ke tempat tidur oppung yang terakhir kali, aku bahagia pung. Pasti dari Surga oppung senang, oppung pasti bangga, oppung pasti bahagia karena banyak banget yang sayang dan peduli sama oppung. Semua nya berjalan dengan baik. Tidak ada keributan ataupun hambatan apapun. BAHAGIA sekali rasanya, meskipun ketika acara beberapa kali pun aku masih meneteskan air mata. Lagi lagi aku tidak bisa menahan air mata ini. Oppung sudah berada ditempat paling indah, tempat dimana kami semua juga ingin kesana hanya tinggal menunggu waktunya. Oppung sudah mendapatkan kebahagiaan kekal

Oppung banyak berjasa dalam hidupku, berarti sekali dalam perjalanan panjang seorang Acha (Mama Alsava dan Elvano). Terimakasih banyak banyak untuk semua hal, nasehat, doa, kebahagiaan, dan kenangan yang boleh Oppung torehkan selama ini dalam hidup kami terutama aku. Aku yang teramat sangat merasakan kebaikan oppung selama ini. Terimakasih banyak banyak untuk semua kenangan manis yang oppung kasih sama kami, terutama samaku selama ini. Terimakasih oppung sudah datang ke wisudaku waktu di Bandung dan Jakarta, terimakasih oppung sudah mau datang waktu aku nikah di Sidikalang Sumbul, terimakasih juga oppung sudah mewujudkan keinginan ku untuk bertemu dengan nono pertama oppung yaitu Alsava, bahkan oppung sebulan lebih sudah stay di Bandung menunggu aku melahirkan, terimakasih juga selalu menemaniku jalan pagi keliling komplek, bahkan oppung diam diam menemaniku jalan sore dan melihat aku terjatuh waktu itu hingga harus dibawa kerumah sakit. Aku gabisa bayangin kalo waktu itu oppung gak ada. Terimakasih juga sudah membantu merawat aku dan Alsava, sudah menyuapiku makan, sudah mencuci bajuku, memasak untukku, sudah menjaga Alsava, mencuci perlengkapan baju Alsava, sudah mau menggendong Alsava dan membantuku merawat Alsava. L L sampai didetik aku ngetik ini aku masih terus mengeluarkan air mata Pung L seberat ini kehilangan oppung. Maafkan jika selama ini kami terutama aku belum bisa memberikan yang terbaik, memberikan kenangan indah dan manis, bahkan sejujurnya aku belum bisa mewujudkan keinginan oppung untuk membawa oppung bertemu dengan Elvano, padahal banyak rencana dan keinginan ku bersama oppung. Aku kepengen banget oppung ke Bandung lagi, main sama Al dan El, jalan jalan lagi di Bandung, makan bareng lagi, ke gereja bareng lagi. Tapi semuanya sudah selesai. Oppung sudah mengakhiri semua pertandingan didunia dengan baik. Dan oppung sudah hidup di kehidupan yang baru, ketemu sama oppung doli. Oppung sudah bersorak gembira. Oppung doakan kami ya masih berziarah di bumi ini ya, semoga kami selalu bisa melakukan hal hal baik semasa hidup didunia ini, selalu berserah, selalu mengandalkan Tuhan dalam perjalanan panjang hidup ini.





















Dan dari meninggalnya oppung ini ada kesedihan teramat dalam karena gak bisa datang dan ikut mengantarkan oppung tapi aku tahu satu hal ada pesan yang oppung sampaikan “Udah nang, gak perlu repot repot kau datang, aku sudah pergi dengan tenang kok. Toh kau pulang gak bisa ketemu kita. Mending urus saja anak anakmu ya Nang, aku tidak mau merepotkan dan mempersulit kamu.” Sejujurnya pesan ini begitu dalam dan berarti sekali. Bahkan sampai di akhir hidupnya Oppung gak mau merepotkan semua keturunannya termasuk aku cucu pertamanya. Se amaze itu. Sedih memang tapi aku ingat satu Hal “Semua akan kembali pada Nya, kapan pun itu. Tuhan datang seperti pencuri, berjaga jagalah.” Saat ini yang harus kita lakukan adalah menjalankan sebaik baik nya kehidupan, melakukan banyak hal baik, memberikan kebahagiaan dan berkat kepada orang disekitar kita.

Sampai bertemu di Surga ya oppung, oppung memang sudah bahagia di Surga bersama Tuhan, kami disini masih sering sedih ketika kami mengingat dan mengenang oppung selama ini, tapi kami akan segera sembuh, kami akan segera bangkit, kami akan segera bisa melangkah dan bersemangat terlebih kami akan belajar untuk mengikhlaskan semuanya ya Pung, bisa menjalani semua scenario dari Tuhan dengan baik walaupun agak berat. Tahun ini rasanya seperti tahun terberat, tapi aku hanya percaya satu hal. Tuhan punya rencana. Rencana Tuhan pasti baik dan indah, walau kita belum tentu bisa menerima dengan baik, walaupun berat pasti akan ada sukacita yang Tuhan ingin sampaikan pada kami. See you again, Oppung. I will always love and missing you my best Grandma.

 



















Cimahi, 020622

With love,

Cucu pertamamu, Acha Samosir
(yang selalu mencintai dan menyayangimu)