In Memoriam Oppung Bella boru
Rajagukguk L
Hello, long time no see blogger. I am really missing create
or write and tell anything in here. Hahaha
Setelah nikah, dan Tuhan kasih kepercayaan punya anak
langsung dua, kayaknya duniaku selama hampir 4 tahun ya sibuk aja terus sama
anak anak, sama suami dan sama komunitas dan tentunya usaha sendiri. Nggak
usaha gede sih masih kecil kecilan aja, sambil ngisi rutinitas hehe
So, am comeback, kayak udah lama gak cerita, jadi banyak
banget keluh kesah ataupun berkat Tuhan yang hadir dalam hidupku selama ini.
Now, aku mau berbagi cerita tentang oppungku. Yap, she’s the
one my grandma who always support and give a spirit to me. The one and only!
Maksudku, oppungku ini adalah oppung satu satunya yang masih hidup, sementara 3
oppungku yang lain, sudah berbahagia bersama Tuhan di Surga.
“molo didokkon jolma tabo nai na mar
oppung i”
sitoho do tutu tabonai molo hurasa. Bahkan kalimat itu sangat sangat melekat,
berarti dan sangat berkesan dalam hidup ku semenjak kepergian oppung.
Sabtu, 7 Mei 2022 adalah hari terberat dalam hidupku. Dan
lagi lagi patah hatiku kembali tumbuh, setelah pertama kehilangan amangboruku.
Masih ditahun 2022 juga (akan kuceritakan sedikit kisahnya pula). Tahun ini
rasanya seperti tahun terburuk. Entah berapa banyak air mata yang terjadi tahun
ini.
Sabtu pagi 7 Mei 2022 ini aku masih dirumah Mama, berlibur
libur lebaran. Setelah asik berlibur beberapa hari kebelakang akhirnya aku
memutuskan hari ini ingin beristirahat saja dirumah menghabiskan waktu sebelum
akhirnya pulang kerumah dan sibuk dengan rutinitas.
Sabtu pagi rasanya tidak ada firasat apa apa, hanya saja
kami (saya, mama dan beberapa keluarga oppung alias tulang, inanguda dan sepupu
sepupuku yang lain) sedang asik video call bersama oppung.
Disitu saat itu posisi oppung memang sudah semakin kurus, bahkan bisa dibilang
hanya tinggal tulang, semakin menunjukan bahwa oppung sudah lelah dengan dunia
ini, semakin menunjukkan bahwa oppung sudah capek. Dan tulang pun berkata pada
mamaku, “ito, songon na hurang oma on na mangalang I, dang habis siallangona,
jala minum susu pe dang habis’ (kak, seperti kurang mama ini makannya, nggak
habis makanannya, susunya pun gak habis)
dikasih liat lah muka oppung waktu itu di kamar lagi sambil tiduran, udah lemes
sekali. Oppung memang sudah agak pikun juga, saat ini.saat itu akupun liat
kondisi oppung, dalam hati aku hanya bilang “kalau kondisi oppung kaya gini dan
gak diinfus gak akan lama ini. Sore pun bisa jadi meninggal.”
Aku bilang lah sama mama, mak suruh aja oppung diinfus,
setidaknya dari cairan yang diinfus ada tenaga, biar gak lemes banget.
lantas mama bilang “oh ido ito. Bereng bereng ma omak ta da ito, molo annon
dang masuk mangan, jou hamu ma bidan i, asa diinfus ma omak ateh.” (oh gitu
dek, lihat lah ya mama itu, kalo nanti gak masuk makanan panggil aja bidan yang
biasa kerumah itu biar diinfus si mama)
Olo ito, alai lagi tu pesta do inna bidan i, alai nga husuru tu jabu molo
ngamulak (iya kak, tapi lagi ke pesta bidan itu, tapi sudah ku suruh kerumah
kalau sudah pulang)
Mama sempat ngobrol sama oppung dan sempat bilang sama
oppungku
“Ma sehat ya, nanti bulan depan aku pulang. Libur panjang, kalau bulan ini gak
bisa aku pulang karena ngurus ngurus pensiunku dulu ya Ma. Bulan depan mak aku
pulang biar bisa ku urus urus Mama.”
Bahkan oppung yang tergeletak dikasur pun masih bisa
menjawab “oLo inang, sehat pe au, sehat sehat ma hamu sude dah, molo au manang
andigan pe dialap Tuhan nga tung las rohakku. Nga sae sude hamu, bahkan nga boi
au sappe marnono. Sai na matua ma parjolo inang.” (iya anakku, sehat pun aku.
Sehat sehat kalian semua ya, kalau aku, kapanpun dipanggil Tuhan udah siap aku,
udah tenang. Sudah selesai semua bahkan sudah bisa sampai punya cucu lagi dari
cucuku. Yang tua lah yang dipanggil Tuhan) ini kalimat selalu diulang ulang
setiap kami video call atau bertelepon. Setelah itu aku tinggal mama yang masih asik
video call dengan oppung, karena aku harus menidurkan Alsava dan Elvano.
Elvano sudah tertidur, tiba tiba adikku ngirim WA dan bilang
kalo Al tiba tiba panas. Akhirnya aku cek keadaan Alsava yang hanya tidur
disebelah kamar ELvano, dan benar saja dia tiba tiba demam. Awalnya aku mikir
karena kecapekan mungkin ya beberapa hari kebelakang asik jalan jalan. Lalu aku
pun minta tolong suami untuk membeli bye bye fever tentunya, karena aku sangat
paham Al demam pasti teramat sangat rewel.
Akupun akhirnya mengambil obat sanmol lalu memberikan nya
kepada Al, maksudnya agar dia bisa istirahat. Setelah dia minum obat aku pun
kembali menidurkan Al. Al tidur tapi sesekali dia terbangun dan terkaget kaget diikuti
tangisan. Berulang ulang seperti itu. Lagi menidurkan Alsava, tiba tiba ada
panggilan video call grup kira kira jam 1 siang dari WAG Op. Bela Sitinjak. Tadinya
aku nggak mau angkat karena takut malah jadi mengganggu Al yang sedang berusaha
untuk tidur, tapi karena pas aku cek mama gak angkat tlp nya, akhirnya aku pun
mengangkat dan membuka apa yang sedang dibicarakan.
Jujur awalnya pas aku liat video itu hanya ada sepupuku yang
sedang menangis dan oppung yang sedang tertidur, demi apapun aku masih
menyangka oppung tidur dan mungkin memang kondisi nya sudah gawat, hanya itu
saja. Tapi seketika tulang ku pun berkata “Nga lewat be bere” artinya sudah
meninggal. Sontak aku kaget. Langsung lari kebawah untuk memberitahukan ke
Mama, ku tinggal Alsava. Sambil lari lari aku teriak Mama Mama. Sampai dikamar
aku kasih tau Mama kalau oppung udah meninggal. Aku? Jelas menangis bener bener
menangis, mamapun sama duduk disebelahku sambil menangis. Papa yang mendengar
aku menangis sambil teriak teriak bertanya ada apa? Lalu kujawab Oppung sudah
meninggal. Papa langsung berkordinasi sama orang orang yang dikampung. Aku berusaha
menghapus air mataku sambil menguatkan mama, aku tahu mama pasti lebih hancur. Belum
sempat bertemu oppung, belum sempat mengurus oppung dihari tuanya, bahkan belum
bisa juga mewujudkan keinginannya untuk membawa oppung ke Bandung lagi. Akupun
sama, tak kalah hancur hati dan perasaanku, saat itu. Hanya bisa berserah dan
berdoa agar bisa ikut mengantarkan oppung ketempat peristirahatan terakhirnya.
Setelah kurang lebih 30 menit, aku pun mematikan video call
lalu beranjak kembali menemui Al, Al masih dalam keadaan demam. Aku berpikir
sebentar walau sebenarnya pikiranku sedang tidak baik baik saja. Tapi aku
berpikir dengan cepat, aku menjawab pertanyaan kenapa Al tiba tiba demam
tinggi, jawabannya adalah Oppung ingin pamit kepada nono nya yaitu Alsava. You
know guys? Alsava adalah satu satunya nono yang paling dekat dengan oppung
bahkan bisa dibilang Oppung adalah pangarorotnya Alsava dari dia belum lahir
sampai dia 9 bulan lebih sebelum oppung kembali kekampung. Bahkan sebelum
oppung meninggal, kami berjanji akan pulang dibulan Juni untuk bertemu
sekaligus ingin membawa El ketemu sama oppung, ketemu sama buyutnya. Karena
setiap kali video call oppung selalu antusias melihat perkembangan Alsava dan
juga Elvano, oppung selalu tersenyum dan senang setiap melihat mereka berdua.
Aku berusaha tenang, lalu kembali aku menghubungi suami
untuk memberitahu kalau oppung sudah meninggal. Ku suruh dia pulang cepat
kerumah. Akupun meminta izin kepada suami untuk bisa ikut pulang kekampung dan
membawa Alsava, puji Tuhan suami pun mengizinkan dan mendukung penuh
keinginanku untuk pulang.
Let me tell you,
kenapa aku mau pulang kekampung bawa Alsava.
1. Oppungku ini ya tinggal satu satunya, dan dulu waktu oppung dari bapak
meninggal aku gabisa ikut sampai dua kali karena sekolah dan ujian. Waktu oppung
doli dari mama aku ikut tapi posisinya aku masih kecil banget jadi aku bener
bener gak inget.
2. Oppung ini bener bener berarti dan luar biasa buatku. Dia punya semangat
tinggi banget! Kenapa? Karena walaupun dia sudah tua dan kondisi nya semakin
menurun dia masih saja bersemangat untuk bepergian.
3. Wisuda aku dua kali oppung datang, Nikah aku di Sumbul oppung datang, bahkan
sampai aku mau melahirkan Alsava bulan Maret, oppung dari bulan Februari udah
datang, dia begitu semangat dan antusias untuk bertemu nono nya. And you know? Satu
satunya cucunya yang dia datengin waktu wisuda ya hanya aku, satu satunya cucu
yang bisa kasih nono sampai dia bertitle dua nono ya hanya aku sampai saat ini.
Bukan sombong ya, hanya ingin mengatakan sebegitu luar biasanya oppung sama
kami. Bahkan sampai yang bantu aku jaga jaga Alsava waktu masih bayi ya hanya
oppung, yang cuci baju aku, baju Alsava, popoknya, singlet, celana, bedong dan
semuanya ya oppung kalo pagi pagi karena posisinya Mama kerja, suami kerja. Jadi
hanya aku, oppung sama bapak yang dirumah. Se-baik itu oppung buat hidupku. Teramat
sangat baik bahkan.
dia nggak pernah marahin aku, dia nggak pernah emosi ataupun kecewa sama aku,
tulus banget. Bahkan dulu waktu oppung masih sering main ke Bandung sering
banget aku dikasih uang jajan sama oppung L
4. Kenapa aku bawa Alsava? Karena hanya Alsava yang sempet dilihat oppung,
dirawat, dijaga, digendong dan disayang banget sama oppung.
5. The last aku bisa ketemu oppung terakhir kalinya, bisa peluk, bisa ngobrol
walau oppung gak bisa jawab omonganku, bisa sayangin oppung kaya waktu oppung
sayangin aku dan Alsava. Suatu saat nanti aku tidak bisa melihat oppung lagi
hanya makam dan salib saja yang bisa kulihat
6. Meninggal adalah tempat terakhir semua manusia, dan mengantarkan nya adalah
pertemuan terakhir, tidak akan adalagi pertemuan pertemuan berikutnya, berbeda
dengan melahirkan, pernikahan, pesta ulangtahun masih bisa bertemu kembali. Meninggal?
Tidak akan adalagi waktu untuk bertemu.
Dan aku berpikir dari banyak nya hal yang oppung kasih dan
lakukan buat aku, masa aku nggak bisa datang untuk sekedar mengantarkan oppung
ketempat peristirahatan terakhirnya? Sejahat itukah aku? Seegois itukah aku? Se-gak
peduli itukah aku sama oppung? Oh no, I cant. Dan akhirnya suami mengizinkan
dengan alasan Alsava harus sehat baru boleh ikut.
Mama, Bapak dan kedua adikku fix berangkat hari Selasa pagi
dari Jakarta langsung ke Silangit, sementara aku belum fix untuk mengambil
tiket karena harus memastikan kondisi Alsava.
Senin malam kondisi Alsava membaik, aku berniat untuk
membeli tiket kepergian Rabu, karena tidak mungkin aku packing secepat kilat
apalagi bawaan anak pasti lebih banyak dari pada bawaan orang dewasa. Daaaan,
lagi lagi aku diuji, tiba tiba jam 10 malam Elvano yang demam tinggi sampai 40.
Syok, sedih dan banyak banget ekspresi yang terjadi dalam diriku. Aku panggil
mama dan bilang El demam tinggi mak. Mama kaget. Lantas mama bilang duh kenapa
ya kami mau pergi kok malah gentian. Yaudah lah kamu gausah pulang aja, nanti
aku sampaikan pesanmu ke oppung ya. Nangissss!!! Serius aku nangis, kayak
gimana ya, perasaanku gak bisa disampaikan dengan kata katanya pokoknya. Hancur
teramat sangat. Perih dan patah banget hatiku Tuhan.
Aku coba tenang dan coba berpikir kembali. Akhirnya suami
pulang dan aku kasih tau kondisi El saat ini. Suami diem aja. Aku udah gabisa
berpikir apa apa, kayak Tuhan nggak ngizinin aku pulang, kayak Tuhan nggak mau
aku pergi melihat oppungku..Berat bangeeet.. L
L L
Padahal Al kondisinya sudah mulai membaik tinggal pemulihan,
dan suami siap untuk menjaga dan merawat El ketika kami pergi. Tapi apa? Semuanya
sia sia sudah. Aku menemani dan menidurkan El, tangan El panas, dia sampai
kaget kaget tidurnya bahkan dia sampai peluk aku dan tangan ku ditarik supaya
meluk dia. Ya Tuhan, kenapa anakku sampai sebegininya? Dan kenapa ini terjadi
samaku yang kondisinya aku akan berangkat pergi? Kenapa gak sakit setelah aku
pulang saja? Terus aku menyalahkan Tuhan, aku merasa Tuhan jahat, teramat jahat
pada diriku, terlalu banyak ujian yang Tuhan berikan ke hidupku tahun tahun
ini. Lelah, capek bahkan kadang ingin menyerah.
El sudah tidur tapi masih dengan kaget bahkan bibirnya komat
kamit, aku minta suami untuk menemani El, karena Al sudah teriak teriak ingin
tidur denganku. Fyi Al memang kalau tidur harus dengan mamanya. Aku menidurkan
Al sambil menangis karena merasa bingung, galau keputusan apa yang harus ku
ambil. Al sudah tidur, dan entah baru tidur 1 atau 2 jam dia tiba tiba
terbangun sambil menangis dan berteriak “Mama disini, mama disini” berulang
kali sambil menunjuk arah gorden. Aku kaget dan ikut nangis, aku menganggap
oppung datang kerumah dan memberitahukan bahwa ada disini memalui Al. aku
teriak manggil mama dan adikku. Mama datang dan bertanya ada apa, belum aku
jelaskan mama melihat Al melakukan hal yang sama. Mama hampir nangis. Akhirnya mama
ambil air dari kamar mandi dan langsung membasuh muka Al sebanyak 3 kali. Setelah
itu, aku pun berdoa dan didalam doa aku bilang “Oppung, kalau memang oppung pamit sama Al dan datang kesini ingin
pamit sama kami disini. Kami siap oppung, kami ikhlaskan oppung, tapi jangan
bikin Al dan El demam ya oppung. Kami semua sayang banget sama oppung.” Setelah
aku berdoa, Al berhenti. Dia tidur meski masih sering terbangun dan menangis
tapi setidaknya sudah teriak teriak dan berkata “Mama disini” lagi.
Jam 00.30 Selasa dini hari, Keluargaku pun pergi ke tempat
bis untuk berangkat ke Bandara diantar oleh sepupuku. Aku terus berkomunikasi
dengan Mama dan adikku. Selasa pagi suami bekerja sementara aku harus mengurus
El yang masih demam dan Al yang masih tahap pemulihan dari sakitnya. Aku berusaha
tetap kuat, tapi lagi lagi air mataku turun tak tertahankan.
Beberapa aku video call dengan Mama hingga sampai mama
dirumah oppung, aku pun mencoba menanyakan pada sepupuku yang sudah disana dan
sudah menjemput keluarga. Tangis isak Mama, Bapak dan kedua adikku pun tak
tertahankan, sepupuku menghubungiku lewat video call dan aku menyaksikan
keluargaku datang dan menangis, aku? Jelas menangis juga bahkan sampai tante
tanteku berkata “udahlah inang mama Alsava jangan nangis lagi, mama udah
sampaikan semua pesanmu. Sehat sehat kau ya disana, anak mu lagi sakit jangan
sampai kau sakit karena kau nangis terus. Oppung sudah tenang, sudah bahagia di
Surga ya boru.” Aku hanya menangis dan mengangguk terhadap apa yang disampaikan
tante tanteku, mereka tahu sehancur apa hati dan perasaanku saat ini.
Hari kamis adalah hari Oppung diadatkan, dan puji Tuhan adat
saur matua yang oppung pakai, betapa bahagia nya oppung pasti. Rabu malam kami
semua mandok hata alias ucap ucap kata perpisahan buat oppung. Aku? Jelas langsung
ditelepon Bapak untuk bisa mengucapkan selamat jalan pada oppung walaupun hanya
lewat video call. Ada tangis yang kembali hadir, bukan bukan karena aku oppung
meninggal, tapi melainkan aku tidak bisa berada disamping oppung, tidak bisa
ikut acara oppung bahkan tidak bisa ikut mengantarkan oppung ke tempat
peristirahatan terakhirnya. Itu yang membuat hatiku rasanya semakin sakit dan
sedih. Oppung meninggal di usia 78 tahun, suatu anugrah luar biasa Tuhan kasih
bonus 8 tahun buat oppung. Oppung meninggal tanpa menyusahkan kami yang harus
bolak balik bawa Oppung kerumah sakit, yang harus ngurus oppung dari A sampai Z
nya, oppung meninggal bahkan beliau masih bisa ngambil makan sendiri, masih
bisa berdiri, masih bisa berjalan walau sudah mulai lelah, masih bisa minum. Se-keren
itu memang oppung, se-gak mau merepotkan kami semua.
Acara adat saur matua oppung puji Tuhan berjalan dengan baik
dan lancar tanpa hambatan semua. Puji Tuhan aku bisa ikut juga walaupun hanya
lewat zoom. Banyak banget yang sayang oppung, banyak banget yang kehilangan
oppung, banyak yang menangis akan kepergian oppung walaupun sebenernya kita
harusnya bersyukur karena oppung pergi dengan kenangan indah dan manis, banyak
banget yang datang ke acara saur matua oppung bahkan sampai banyak yang ikut mengantarkan
oppung ke tempat tidur oppung yang terakhir kali, aku bahagia pung. Pasti dari
Surga oppung senang, oppung pasti bangga, oppung pasti bahagia karena banyak
banget yang sayang dan peduli sama oppung. Semua nya berjalan dengan baik. Tidak
ada keributan ataupun hambatan apapun. BAHAGIA sekali rasanya, meskipun ketika
acara beberapa kali pun aku masih meneteskan air mata. Lagi lagi aku tidak bisa
menahan air mata ini. Oppung sudah berada ditempat paling indah, tempat dimana
kami semua juga ingin kesana hanya tinggal menunggu waktunya. Oppung sudah
mendapatkan kebahagiaan kekal
Oppung banyak berjasa dalam hidupku, berarti sekali dalam
perjalanan panjang seorang Acha (Mama Alsava dan Elvano). Terimakasih banyak
banyak untuk semua hal, nasehat, doa, kebahagiaan, dan kenangan yang boleh Oppung
torehkan selama ini dalam hidup kami terutama aku. Aku yang teramat sangat
merasakan kebaikan oppung selama ini. Terimakasih banyak banyak untuk semua
kenangan manis yang oppung kasih sama kami, terutama samaku selama ini.
Terimakasih oppung sudah datang ke wisudaku waktu di Bandung dan Jakarta,
terimakasih oppung sudah mau datang waktu aku nikah di Sidikalang Sumbul,
terimakasih juga oppung sudah mewujudkan keinginan ku untuk bertemu dengan nono
pertama oppung yaitu Alsava, bahkan oppung sebulan lebih sudah stay di Bandung
menunggu aku melahirkan, terimakasih juga selalu menemaniku jalan pagi keliling
komplek, bahkan oppung diam diam menemaniku jalan sore dan melihat aku terjatuh
waktu itu hingga harus dibawa kerumah sakit. Aku gabisa bayangin kalo waktu itu
oppung gak ada. Terimakasih juga sudah membantu merawat aku dan Alsava, sudah
menyuapiku makan, sudah mencuci bajuku, memasak untukku, sudah menjaga Alsava,
mencuci perlengkapan baju Alsava, sudah mau menggendong Alsava dan membantuku
merawat Alsava. L L sampai didetik aku
ngetik ini aku masih terus mengeluarkan air mata Pung L seberat ini kehilangan
oppung. Maafkan jika selama ini kami terutama aku belum bisa memberikan yang
terbaik, memberikan kenangan indah dan manis, bahkan sejujurnya aku belum bisa
mewujudkan keinginan oppung untuk membawa oppung bertemu dengan Elvano, padahal
banyak rencana dan keinginan ku bersama oppung. Aku kepengen banget oppung ke
Bandung lagi, main sama Al dan El, jalan jalan lagi di Bandung, makan bareng
lagi, ke gereja bareng lagi. Tapi semuanya sudah selesai. Oppung sudah
mengakhiri semua pertandingan didunia dengan baik. Dan oppung sudah hidup di
kehidupan yang baru, ketemu sama oppung doli. Oppung sudah bersorak gembira.
Oppung doakan kami ya masih berziarah di bumi ini ya, semoga kami selalu bisa
melakukan hal hal baik semasa hidup didunia ini, selalu berserah, selalu
mengandalkan Tuhan dalam perjalanan panjang hidup ini.
Dan dari meninggalnya oppung ini ada kesedihan teramat dalam
karena gak bisa datang dan ikut mengantarkan oppung tapi aku tahu satu hal ada
pesan yang oppung sampaikan “Udah nang,
gak perlu repot repot kau datang, aku sudah pergi dengan tenang kok. Toh kau
pulang gak bisa ketemu kita. Mending urus saja anak anakmu ya Nang, aku tidak
mau merepotkan dan mempersulit kamu.” Sejujurnya pesan ini begitu dalam dan
berarti sekali. Bahkan sampai di akhir hidupnya Oppung gak mau merepotkan semua
keturunannya termasuk aku cucu pertamanya. Se amaze itu. Sedih memang tapi aku
ingat satu Hal “Semua akan kembali pada
Nya, kapan pun itu. Tuhan datang seperti pencuri, berjaga jagalah.” Saat
ini yang harus kita lakukan adalah menjalankan sebaik baik nya kehidupan,
melakukan banyak hal baik, memberikan kebahagiaan dan berkat kepada orang
disekitar kita.
Sampai bertemu di Surga ya oppung, oppung memang sudah
bahagia di Surga bersama Tuhan, kami disini masih sering sedih ketika kami
mengingat dan mengenang oppung selama ini, tapi kami akan segera sembuh, kami
akan segera bangkit, kami akan segera bisa melangkah dan bersemangat terlebih
kami akan belajar untuk mengikhlaskan semuanya ya Pung, bisa menjalani semua scenario
dari Tuhan dengan baik walaupun agak berat. Tahun ini rasanya seperti tahun
terberat, tapi aku hanya percaya satu hal. Tuhan punya rencana. Rencana Tuhan
pasti baik dan indah, walau kita belum tentu bisa menerima dengan baik,
walaupun berat pasti akan ada sukacita yang Tuhan ingin sampaikan pada kami. See
you again, Oppung. I will always love and missing you my best Grandma.
Cimahi, 020622
With love,
Cucu pertamamu, Acha Samosir
(yang selalu mencintai dan menyayangimu)