Official Acha Viewers

Sabtu, 21 Februari 2015

sepenggal kisah (:

entah sudah ke berapa kali aku ikut serta ambil bagian dalam tugas paduan suara mengiringi sesi pernikahan.
pernikahan demi pernikahan ku ikuti dengan baik, dimanapun, siapapun dan kapanpun aku selalu menyempatkan diri ketika memang waktu ku dapat menyesuaikan dengan pernikahan tersebut.

tak ada yang begitu menarik perhatianku.
hanya menjadi petugas biasa menyanyikan lagu-lagu pernikahan, menikmati perayaan ekaristi dengan baik dari awal, pertengahan hingga akhir dan mendapatkan snack atau makanan ringan seusai aku bertugas.
tapi berbeda untuk kali ini.

memang disetiap kali aku mengikuti acara pernikahan selalu ada pertanyaan dalam benakku, kapan tiba giliranku? kapan dia yang telah dipilih Tuhan mempersatukan kami.
bukan aku menginginkan pernikahan terjadi saat ini, bukan.
hanya saja banyak hal yang menjadi sebab akibat dalam bayanganku mengenai pernikahan itu sendiri.
dan untuk kali ini aku merasakan hal yang lain yang berbeda dari pemikiran ku selama ini.

kali ini, aku dan teman-teman paduan suaraku mengiringi salah satu pernikahan di sebuah gereja di Cimahi.
pagi itu tepat pukul delapan, kami memulai perayaan ekaristi sakramen perkawainan.
kami menyanyikan lagu pembukaan yaitu berserah setya.
tidak ada yang menarik bagiku, semuanya terlihat normal, pastur memasuki gereja, diikuti dengan pasangan yang menikah dan tamu-tamu lainnya mulai memasuki gereja.
tapi ada satu hal yang langsung menyentuh hatiku.
bulu kuduk ku merinding, hatiku menangis ketika seorang pria yang sudah berumur memasuki gereja ini dengan menggunakan kursi roda.
sungguh membuat hatiku meringis.
selama ini beberapa kali aku mengiringi pernikahan biasanya komplit atau ada yang menjadi wali karena mungkin salah satu dari keluarga pengantin telah meninggal dunia.
tapi kali ini berbeda. dan kali ini perasaanku berkecamuk.

sepanjang perayaan ekaristi ini, aku memandang pria tersebut.
mungkin beliau adalah ayah dari anak perempuan tersebut.
ku pandangi rambutnya, ku pandangi jemari dan raut wajahnya.
sungguh Ia ikut merasakan kebahagiaan anaknya yang berada didepannya dalam ikatan perkawinan dengan penuh haru.
terutama ketika kami menyanyikan lagu "Doa Seorang Anak", dimana dalam lagu ini mengatakan tentang rasa terimakasih anak terhadap orang tua nya selama ini yang telah mendidik, mengasuh, dan membesarkan putra putrinya hingga saat ini mereka ada dalam ikatan perkawinan.
kedua anak tersebut meminta restu dan ucapan terimakasih kepada orang tua mereka masing-masing.
aku semakin merinding, hatiku terasa sakit, banyak hal yang begitu mencekam ke dalam hidupku.
aku melihat pria yang mengenakan kursi roda tersebut menangis bahagia, dan saat itu pula air mataku ikut menetes dan membasahi pipiku.

bukan maksud ku untuk menjadi seorang yang cengeng.
hanya saja saat itu aku membayangkan bagaimana jika aku dalam posisi mereka.
terutama saat ini aku adalah anak sulung dari keluargaku.
tak banyak yang mengerti tentang perjalanan hidupku.
dibalik senyumku, dibalik tawaku, dibalik bahagiaku,
aku menyimpan banyak sekali pertanyaan atas hidupku.

terkadang ingin ku teriakan tapi aku tahu bahwa itu tak baik, dan tak akan ada artinya.
karena aku tahu, hanya segelintir orang yang benar peduli padaku, dan mau mengerti tentang aku.
selebihnya mereka hanya merasa kasihan atau mungkin tak memperdulikan aku.
dan rasa kasihan itu jauh lebih buruk daripada rasa caci maki!
setidaknya itu menurutku.

kembali aku menatap wajah pria tua tersebut sambil membayangkan bapak ku yang berada di kursi roda tersebut.
rasanya ingin bilang
"Pak, terimakasih sampai saat ini masih selalu ada disampingku walau dalam keadaan seperti ini."
bahkan dengan keadaan keluargaku yang seperti ini saja terkadang aku masih sering mengeluh, masih sering meminta pada Tuhan yang menurutku itu tidak diperkenankan sebenarnya.
tapi apa daya?
aku hanya manusia biasa yang terkadang juga ingin merasakan seperti orang lain.

ku pandangi wajah pria tua tersebut, terutama ketika mereka akan berfoto bersama.
semua yang ada disana asik berdiri dengan senyum bahagia nya, sementara pria tua tersebut hanya bisa duduk di kursi roda dengan berusaha tersenyum sekuat tenaga.
bahkan beberapa kali aku melihat beliau berusaha sekuat tenaga untuk bangkit berdiri agar terlihat normal seperti yang lainnya.
entah apapun penyakit yang dideritanya, tapi aku merasakan bahwa beliau adalah orang yang baik, yang tak pernah putus asa.
terlihat ketika Ia berusaha untuk berdiri dari kursi rodanya, meskipun beliau mengetahui bahwa Ia tidak bisa, tapi Ia terus berusaha meskipun pada akhirnya Ia pun harus duduk di kursi roda tersebut.

kejadian gini selalu bikin aku banyak merenung.
terkadang aku banyak minta kepada orang tua ku hal-hal yang sebenarnya masih bisa untuk aku tahan, atau setidaknya aku lakukan sendiri.
aku masih sering manja, masih sering merepotkan tanpa memikirkan bagaimana kesehatan mereka saat ini?
setelah melihat hal tersebut, aku jadi sadar bahwa dengan bersyukur keluargaku masih sehat, masih bisa bernafas, masih bisa tertawa itu sudah jadi penenang bagi hidupku.

jujur saja, aku masih belum bisa membayangkan bagaimana jadinya aku tanpa mereka.
meski aku tahu, aku pasti akan kehilangan mereka.
aku pun masih tak tahu, apa jadinya ketika pernikahanku nanti kejadian serupa menimpaku.
jangankan pada pernikahan untuk kelulusan wisudaku nanti pun, aku tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi.
apakah "mereka" orang yang begitu sayangi akan ada seperti saat ini?
Tuhan, satu pintaku.
bahagiakan mereka, seperti mereka membahagiakan aku.
panjangkan umur mereka sampai aku mampu membuat mereka bahagia.
sehatkan mereka, sampai aku mampu membuat mereka pergi dengan bangga.
jaga mereka, sampai aku mampu menjaga mereka di akhir hidup mereka kelak.
dan kuatkan mereka, sampai aku mampu menopang mereka di masa tua mereka.
aku mencintai mereka.

"semoga dalam hidupnya, mereka masih bisa melihat anak-anaknya bahagia dalam kehidupannya masing-masing."

dari aku, anakmu yang begitu banyak keluhan, omelan serta perlawanan yang tidak sepantasnya kalian terima,
aku mencintai mu mamah, bapak~


Cimahi, 210215 00:41

with love,

Acha Samosir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar