Official Acha Viewers

Selasa, 11 Juni 2013

aku cinta tapi gengsi :-)

“Aku cinta tapi gengsi, aku rindu ingin bertemu kamu.”
Sepenggal lirik syahrini yang emang kesindir banget. HAHAHA
Sebenernya sih nggak masalah sama lagunya, hanya saja sedikit liriknya mengingatkan ku kembali pada masa itu. Masa bahagia tepatnya.
Kalau boleh flashback dikit ternyata memang aku seperti lagu yang dinyanyikan oleh Syahrini deh..
Kenapa? Karena dari dulu ini rasa gengsi terlalu besar untuk ditaklukannya.
Iya iya, cara kerja cinta yang terlanjur mendarah daging dengan sekejap bisa berganti menjadi rasa gengsi yang besar dan sulit untuk diturunkan..
Mungkin, karena dari dulu aku berpikiran “aku perempuan.” Makanya untuk mengucap kata rindu pun pada sesosok makhluk itu lidahku pun terasa kelu bahkan sangat kelu.
Padahal hati sudah menggebu-gebu untuk mengucapakan sepatah kata itu..

Aku memang telah di didik menjadi orang yang “keras”.
Keras dalam mendapatkan hidup dan keras untuk menjalani hidup.
Tak pernah ada ajaran yang mengajarkanku untuk bergengsi kepada siapapun, bahkan kepada mereka yang sering ku sapa sahabatpun aku masih mampu menurunkan gengsiku hanya demi kebahagiaan kami. Dan aku pun tak pernah menyesal karena hal itu.
Tapi entah mengapa untuk sebuah hal yang ku sebut cinta, semua terasa tak dapat terucap dari mulut ini, terasa kaku bahkan aku hanya bisa berdiam diri seperti patung kala hal itu menyergap dan merasuki pikiran dan perasaanku ini.
Beginikah cara “cinta” itu bekerja?
Tapi mengapa harus bersama sosok orang yang ku sayangi?
Bukankah, akan lebih indah jika menyayangi seseorang itu yang kemudian membuat cerita indah dengan penuh kasih sayang tanpa adanya rasa gengsi?
Kenapa sesulit itu menurunkan gengsi hanya untuk berkata “aku merindukanmu, aku membutuhkanmu, aku mencintaimu, dan bahkan aku menyayangimu.”
Mungkin, bukan hanya pada sosoknya saja aku seperti ini, terkadang aku pun selalu merasakan gengsi ini timbul teruntuk mereka yang ku sebut keluarga.
Kapan aku pernah mencium tangan kedua orangtuaku kala aku bepergian?
Kapan aku mengucapkan salam ketika aku pergi atau ketika aku tiba dirumah?
Kapan aku pernah berucap “selamat ulang tahun mah, atau selamat ulang tahun pah.” Sambil berurai air mata?
Kapan aku pernah berucap “selamat hari ibu, semoga tetap menjadi ibu yang baik bagiku dan bagi victor dan melan” secara langsung?
Kapan aku pernah berucap “aku menyayangi kalian, wahai kedua orangtuaku” dengan wajah ketulusan?
Selama ini saja aku hanya bisa memendamnya dan terus memendamnya.
Entah kapan semua ini akan bisa aku ungkapkan semua perasaan sayang ini?
Inilah sebabnya mengapa aku masih memiliki rasa gengsi yang sungguh tinggi pada siapapun termasuk “KAMU”.
Iya, kamu sang motivatorku selama ini..

Dan sungguh aku bangga pada mereka yang bisa membuat aku berhasil untuk menurunkan rasa gengsi ini, bahkan dia orang yang pernah hadir dan bertahun-tahun pun masih belum bisa menghilangkannya.
Bahkan dia pun cinta pertamaku yang masih ada dalam diriku selama bertahun-tahun lamanya masih sulit membuat aku meredam rasa gengsi ini.
Oh, Tuhan..
Tapi mengapa diA?
Dia yang hanya singgah dihati ini beberapa saat saja mampu meluluhkan hatiku, dan bahkan mampu membuat aku berubah dari aku yang sesungguhnya?
Dia yang mengajari banyak hal hidup itu. Kenapa mesti dia?
Lalu setelah dia banyak mengajari hal itu, dia pergi kembali mencari pecahan hati yang lain tanpa merapikan bahkan menyusun kembali hati ini seperti semula?

Tapi, setidaknya saat ini aku telah MAMPU berkata jujur padamu.
Aku telah mengatakan semua hal dibalik gengsi tinggi ini.
Aku telah menurunkan segala gengsi ini hanya untuk membuktikan satu hal.
Satu hal aku mencintaimu. Hanya dan hanya itu..
Aku mampu mengatakan semua itu karena kamu memang layak untuk merasakan dan mengetahui hal ini. Kenyamanan ini yang dapat aku rasakan kala bersamamu. Terimakasih dan maaf untuk semua hal ini..
Namun, jika suatu saat nanti aku telah nyaman bercerita dan menurunkan setiap gengsiku padamu.
Ketahuilah dua kemungkinan itu yang akan terjadi padaku.
Entah aku yang telah berubah untukmu.
Atau mungkin, perasaanku telah mati untukmu..
Sebuah pernyataan yang sempat ku perbincangkan pada Tuhan, namun belum sempat ku ucap padamu karena ketiadaan waktu kita hingga saat ini.

Aku yang mencintaimu dengan caraku.
Terimakasih Kamu... J

11 Juni 2013, 23.29 [at] ruang kerja rumah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar