Official Acha Viewers

Senin, 07 April 2014

Pasrah?

Ada yang masih asyik menunggu kabar meskipun tahu dia sudah diabaikan berkali-kali...

Entah..
berawal darimana dan bagaimana caranya hal itu terjadi kembali, bahkan mungkin kali ini lebih pahit, lebih sakit dan lebih perih.
iya memang hati yang hampir selalu diabaikan itu terkesan sangat bodoh jika masih tetap bertahan.

Malam yang pekat menambah suasana duka malam itu, dibalik kebahagiaan yang baru saja terjadi ternyata masih ada sedikit duka yang menyelimuti.
ya. Aku yang baru saja merasakan sedikit kebahagiaan dengan berjalan bersama orang yang ku sayangi itu kembali lagi harus menitikkan air mata. Iya dibalik tawa ternyata air mata tetap jadi teman yang setia menemaniku.

Ei.
terimakasih banyak ya untuk semuanya hari ini. aku bahagia.
ucapku setelah tiba dikediamannya sebelum beranjak pulang.

Oke. hanya itu yang terucap dari bibirnya.

Aku pulang ya. sekali lagi makasih banyak.

Ya sama-sama. Hati-hati ya kamu..

percakapan terhenti sampai disuatu saat aku bertemu dengan saudaraku yang ingin bertemu denganku kala itu.
Akhirnya kami bertemu, dan kemudian akupun sekali lagi mengabarinya dengan mengucapkan terimakasih dan betapa aku bahagia bisa bersamanya hari ini. ditambah dia benar-benar mengabulkan sedikitnya satu permohonanku dan mengobati rasa rinduku yang menggebu-gebu ini.

Ya, yang ku harap Ei akan membalas pesanku dengan begitu banyak frasa kata yang tertuju untuk ku ternyata harus terhenti begitu saja. Iya lagi-lagi aku hanya bisa mengelus dadaku dan menarik nafas panjang.

"OK" hanya itu balasan yang dia berikan setelah aku mengirimkan pesan berpuluh-puluh frasa kata.

Belum berubah, masih Ei yang dulu.
Cuek namun aku mencintainya.

Setelah tiba di kediamanku, kembali aku mengungkapkan perasaan bahagiaku melalui akun sosial mediaku.
Ya disana aku bersyukur dan berterima kasih untuk setiap kesempatan yang ada.
dan tanpa sengaja aku melihat dia pun berada disana dan baru saja membuat sebuh status yang isinya.

"Maaf hari ini tak bisa bersamamu, tak ada niat untuk mengecewakanmu..."

Oh.
ini sungguh ironi sekali.
seketika aku mengeluarkan airmata yang membanjiri wajahku.
aku menangis.
kembali lagi ketika kebahagiaan yang baru saja aku rasakan ini mengores sedikit luka yang mendalam.
Apa aku terlalu jahat untuk kebahagiaanmu, Ei?!

aku merasa seperti penjahat yang berusaha merebut kebahagiaan orang yang ku sayang.
betapa bodohnya aku. betapa jahatnya aku.
tapi aku harus melakukan apalagi?
aku cukup bahagia untuk hari ini, tapi ternyata aku juga menangis untuk kejadian ini.

aku mencoba bertanya padamu.
ku kirimkan pesanku kepadamu, agar aku tahu bagaimana aku harus bertindak.

aku tunggu kabar mu hingga keesokan harinya.
namun, sampai kini. tak ada kabar darimu.
tak ada penjelasan darimu mengenai ini semua.

kembali aku mengirimkan pesan kepadamu melalui situs whats app mu.
dan meminta kau peka serta sadar untuk semua usahaku.
meminta kita kembali berdamai. berdamai dengan masa lalu kita dan berdamai dengan masa depan kita.
meminta kita untuk menurunkan setiap ego dan gengsi kita.
meminta kita untuk bisa saling dewasa lagi dalam menyikapi banyak hal.
meminta kita untuk saling belajar memahami satu sama lain.
dan meminta mu untuk memanfaatkan waktu bersamaku pada waktu-waktu terakhir ini.
tapi?
setelah aku mengirimkannya, kau hanya membaca tanpa ada balasan sepatah katapun yang kau tujukan padaku.

memang, memang bukan balasan yang aku minta.
hanya sekedar kepekaanmu, dan kesadaranmu saja Ei.
aku tak bisa hidup tanpamu. Iya tanpamu aku berjalan bak menyusuri hutan yang hanya menemukan jalan buntu tanpa tau harus keluar dengan cara apa.

langkahmu menyusuriku.
tangamu menuntunku keluar dari hutan ini dan menemukan setitik harapan baru.
tubuhmu menopang ku untuk berjalan walau rasa sakit menikam diriku.
kaki mu membimbingku untuk terus berjalan meskipun berkali-kali aku mengeluh.
itu yang aku rasakan selama ini.

tapi bagimu,
kehadiranku tak ada artinya?

kembali aku mengirimkan gambar.
sedikit kata-kata yang ingin membuat mu sadar.
namun sama sekali tak ada jawaban darimu.

sampai pada kemaren aku mengirimkan pesan.
sekedar menceritakan keadaan ku, dan mengucapkan selamat hari Minggu padamu.
kau tetap tak membalasnya.
padahal aku ingin sekali bercengkrama denganmu.
aku ingin sekali komunikasi kita lancar seperti dahulu.
hanya itu pintaku, Ei.

disaat keadaan tubuhku yang kini tak sehat.
aku ingin kau ada disini menemaniku, walau hanya sebentar saja.
tapi yang ku dapat?
diam mu membuatku kalut.
diam mu membuatku takut.
aku seperti tak mayat hidup yang kini hanya menjalani hidup sesuai skenario-Nya.

penyemangatku telah hilang.
inspirasiku telah lenyap
dan entah siapa yang mampu menggantikannya kembali.

dan akhirnya aku mengirimkan lagi pesanku pada whats app mu.
cukup panjang dan cukup membuat ku lega.
hingga aku sampaikan kini aku sudah berada di batas akhir.
aku pasrah.
aku pasrah dengan semua sikapmu. entah kau akan seperti apa aku berusaha untuk tidak perduli lagi.
meskipun hati selalu mengelak dan terus memberontak.
tapi kini aku benar-benar pasrah.
aku sudah tak bisa apa-apa dan tak mampu melakukan usaha yang lebih keras dari ini.

iya.
merelakan adalah mencintai secara dewasa bukan?
dan kali ini aku pasrah.

Pasrah adalah terminal terakhir dari setiap usaha dan penantian yang dilakukan..

dan benar adanya pesanmu tak sampai kepadaku.
kembali aku harus berbicara secara sendiri.
Iya monolog lagi dan lagi.
mungkin monolog adalah teman terbaik ku saat ini.
dan untuk kali ini aku benar-benar mengharapkan sapaanmu diujung jalan sana.

iya, aku mengharapkanmu...


"wanita yang terlalu lama mencoba bangkit, namun akhirnya kembali jatuh dengan cara yang jauh lebih getir dari sebelumnya. Aku mencintaimu..."


Cimahi, 070414 13:12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar