Official Acha Viewers

Minggu, 20 April 2014

twenty for two!

aku berjalan mengitari jalanan sepi.
mencoba kembali pada kenangan yang pernah terjadi dua tahun ke belakang.
dimana kata "pisah" itu terucap dengan tanpa sengaja dan akhirnya benar "pisah" menjadi alasan kita tak bertemu kembali.

aku menentang semua arahan yang sempat terjadi dalam hati.
iya lagi dan lagi hati kecil memang selalu ingin memberontak, tapi bagaimana mungkin aku bisa membantahnya sementara aku begitu mencintainya?

dimana? kataku pagi itu sebelum melakukan aktivitas ku di kampusku.
sedang rapat. jawabmu saat itu.
kau tak menjawab pertanyaanku. aku tanya kau dimana? kataku sekali lagi.
kau berkata "advent"
lantas yang ada dalam pikiranku adalah kalut, apakah penyakitmu parah?
ya, jauh sebelum hari ini datang, kau berkata padaku bahwa kau sedang sakit.
badanmu panas, dan kau menggigil.
tepat di hari ulang tahunku, kau tak bisa mengunjungiku karna keadaanmu yang sedang sakit. meski aku merasa sedih, namun aku paham bahwa kau lebih membutuhkan istirahat. aku tau itu.
lagi pula aku sedang UTS kala itu, aku tak perlu memaksamu lebih.
hanya kecewa saja yang menyelimutiku.

selang beberapa jam, aku bertanya kembali.

"kau dimana?" tanyaku kepadamu.
"kost" jawabmu dengan ekspresi datar ketika mengirimiku sebuah pesan.

aku mengunjungi kostan mu, sambil sesekali tersenyum karna bisa dipertemukan kembali setelah dua minggu tak berjumpa denganmu dikarenakan hubungan kita yang sedang tak baik.

aku mengirimkan pesan padamu bahwa aku telah sampai di tempatmu, kau keluar dengan muka penuh belas kasihan. ya, memang benar kau sakit dan mungkin parah.

ku masuki kosanmu, kemudian aku duduk disamping kasurmu. kau tertidur dikasurmu itu.
ku pegang kepalamu, dan badanmu panas.
kau terkena demam.
lalu ku ajak kau pergi kerumah sakit, namun keras kepalamu itu membuat ku luluh.
kau tak ingin pergi kerumah sakit, kau mengira ini penyakit biasa.
dan kau bilang aku "berlebihan?"
dimana letak kata berlebihan itu ketika aku sebagai kekasih hatimu ingin menunjukkan sedikit perhatianku padamu kala melihat keadaan mu seperti itu?

udah makan? nih aku bawain kue ulang tahun kemaren..
*kataku mencoba mencairkan kembali suasana.

udah. makasih ya. selamat ulang tahun ya sekali lagi.
maaf kita nggak bisa ketemu.
*jawabmu

iya nggak apa-apa. cepet sembuh ya, bang. aku sayang kamu.
*kataku dengan tulus sambil menatap matanya

lantas kita larut dalam pikiran masing-masing.
awalnya aku hanya ingin bertemu dan memberikan makanan padanya.
namun ketika melihat keadaannya seperti ini, ku urungkan niatku untuk meninggalkannya sendirian.
aku ingin menemani kekasihku.

aku kompres ya? biar panasnya bisa turun..
*kataku sambil bersiap mengambil baskom besar

nggak usah. nggak apa-apa kok. sebentar lagi juga sembuh.
*jawabnya sambil menarik tanganku

aku terdiam.

"jadi, apa yang kau pikirkan selama ini? ada hal yang ingin kau utarakan kepadaku?"
tanyanya sambil memegang lehernya sendiri.

"menurutmu? aku saja tak pernah paham dengan pola pikirmu selama ini, bang.
aku nggak paham apa yang kau inginkan dari pertengkaran kita hingga membuat kita harus saling intropeksi diri satu sama lain. apa kau tau hatiku tersiksa?"

"bukan itu maksudku, dek. aku hanya ingin kau lebih bisa mendewasakan dirimu sendiri.
iya aku tahu, kau memang masih muda. masih berpikir seperti anak seusiamu. tapi ternyata kita berbeda."

"berbeda? maksudmu?"

"aku tak pernah suka kau bercerita pada semua orang tentang hubungan kita.
aku tak perduli, aku akan dianggap apa oleh teman-temanmu. tapi dengan kau mengekspos hubungan kita apa yang akan terjadi ke depannya bila kita berumah tangga nanti?"

"tapi aku nggak bermaksud seperti itu. memang aku bercerita pada siapa? dunia saja tak tahu tentang kita, bang.."

"ya pada teman-temanmu. semua orang tahu tentang hubungan kita. bahkan orang yang ku rasa tak berhak tau pun sekarang tau. dan ini membuat aku merasa tak nyaman. aku tak suka, dek.."

"kau melarangku untuk bercerita pada sahabatku?"

"apakah sahabatmu harus sebanyak ini? apakah sahabatmu harus kau ceritakan semuanya?"

"ya. karna aku ingin berbagi pengalaman dengan mereka. bukan aku yang mengecap mu jelek, aku tak pernah menjelek-jelekkanmu didepan sahabatku. aku hanya berbagi kisahku saja, kelak ketika mereka sahabatku mengalaminya mereka tau bagaimana harus bertindak. apa itu salah?"

"tidak, bukan itu maksudku. terserah kau saja. aku tak perduli dengan omongan sahabatmu. yang aku perdulikan hanya hubungan kita. apakah semua sahabatmu harus tau tentang masalah yang terjadi dengan hubungan kita? ku rasa kau harus bisa memilih siapa yang bisa kau bagi. siapa yang bisa kau ceritakan. tidak semua sahabat mampu mengobati luka hatimu, dan mampu menyelesaikan masalah kita.. kau mengerti?"

"ya, maksudmu siapa?"

"aku tak bilang siapa siapa dek. yang aku ingin kau mampu berbagi dengan orang yang mengerti masalah kita. jangan pada sembarang orang. sahabat itu tak selamanya memberikanmu kebahagiaan dek. aku saja nggak pernah berbagi masalah hati pada sahabatku. aku tak melarangmu bercerita pada sahabat dekatmu semacam Odel, Lina ataupun Yohana. aku tau kalian memang bersahabat sejak lama, tapi mengapa orang yang tak ada hubungannya dengan kita bisa tau juga masalah kita?"

"aku tak mengerti arah omonganmu, bang.."

"hem. maksudku tak semua sahabat perlu tahu tentang hubungan kita. cukup kita berdua saja. ketika kita tak mampu untuk menyelesaikannya barulah kita meminta orang terdekat kita. lagi pula apa 3 orang sahabatmu itu tak cukup untuk membantu kita? mengapa kau memberi tahukan kepada orang lain lagi?

"bang, aku cerita pada sahabatku, karna aku membutuhkan saran mereka. kau melarangku?
aku tak pernah melarangmu untuk bercerita pada siapapun, termasuk pada Tya. sahabatku yang juga kecenganmu. apa aku pernah marah atau kecewa? aku rasa aku tidak sejahat itu.
mengapa kau melarangku?"

"kau mau melarangku? kenapa kau tak berkata saja kepadaku? kau berhak atas ku selama ini. kau saja tak pernah memaksimalkannya. ya, memang benar dek mungkin kita itu berbeda.. terlalu banyak hal-hal yang tak sesuai dengan harapanku.."

"jadi maksudmu?"

"kita lebih baik berteman saja. kau bisa meminta bantuan ku kapanpun kau mau. kau bisa melakukan apa saja dan menemukan orang yang lebih baik dariku. maafkan aku. aku tak bisa menjadi seperti yang kau harapkan. kita berbeda..."

"jadi menurutmu kita lebih baik berpisah?"

"tidak. kita lebih baik berteman. lebih enak kita berteman, ketimbang kita harus sering bertengkar karna ke egoisan dan keras kepala kita masing-masing.."

aku hanya bisa menahan tangis, ketika tangannya menyentuh tanganku.
sekali lagi kita berpelukan dan mungkin untuk yang terakhir kalinya.
dia mengecup keningku sambil berkata
"jangan tangisi perpisahan kita ini. ku mohon jangan menangis didepanku.
aku tak sanggup melihat wanita yang ku sayangi menangis didepanku..."

aku semakin memperkuat pelukannya. rasanya tak sanggup aku untuk menerima ini semua.
aku ingin memberontak, hatiku ingin sekali berteriak dan menangis didepannya bahwa aku sangat mencintainya.
sikap kita membuat kita berpisah, dan bukan ini inginku.
aku masih ingin terus berbahagia bersamamu melewati ribuan hari yang penuh dengan tantangan.

selang beberapa lama ku lepas pelukannya.
ku pandangi wajahnya sambil menahan tangis aku memberikan pesan pada temanku.
dan akhirnya temanku mengirimkan pesan padanya..

dan hasilnya, kita bertengkar lagi, hingga akhirnya kau berkata:

"memang benar adanya, kita harus berpisah. sudah dek. sudah cukup sampai disini.."

lagi dan lagi aku hanya mengusap air mataku yang hampir jatuh ke pipi.
aku tak sanggup melanjutkan semua ini.
akhirnya aku pamit pulang dan memberikan salam perpisahan.

dia memeluk ku sampai keluar, dia mengecup keningku sekali lagi dan mengantarkanku sampai ke depan.
dia memegang tanganku sambil berkata "kalo jodoh kita pasti bersama.."
hanya itu yang ku ingat sebelum aku pulang dan menangis berteriak sepanjang jalan.

setibanya di rumah, aku hanya bisa menangis, menangis dan terus menangis.
sebanyak apapun aku bercerita pada orang atau serapuh apapun aku akan dirimu.
aku telah kalah, aku telah gagal untuk mendampingimu selamanya.
aku hanya bisa menangis dan terus menangis melihat engkau yang memutuskan segalanya secara sepihak, tanpa benar-benar memahami bagaimana perasaan hati yang telah susah payah dibangun dan kemudian hancur begitu saja,

ya, dua tahun yang lalu 20 April 2012 kita berpisah.
dua tahun yang lalu engkau memutuskan hubungan kita.
dua tahun yang lalu engkau meminta kita hanya berteman saja.
dua tahun yang lalu engkau membuat aku menangis terjatuh dan bahkan tak bisa berjalan seperti biasanya.
dan dua tahun yang lalu juga aku mencintaimu dengan sangat dalam.
dua tahun yang telah berlalu, namun tak mengubah apapun perasaan cintaku untukmu.

sudah dua tahun berlalu, namun ternyata aku masih mencintaimu dalam keadaan sadarku, maupun dalam alam mimpiku.
aku mencintaimu.


"terlalu dalam memang, sehingga sulit temukan cara untuk memberhentikannya. Aku (masih) mencintaimu, bang..."



Cimahi, 200414 20:41

APS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar