Official Acha Viewers

Senin, 16 Desember 2013

call from them! :'(

di pagi ini, 16 Desember 2013
tak berbeda dengan hari-hari yang biasanya.
aku terbangun di pagi hari dan melakukan hal yang biasa aku lakukan seperti biasanya.
hanya saja pagi ini aku terbangun dengan siraman matahari yang menyengat kulitku hingga aku seperti menggunakan blas on disekujur tubuhku.
betapa perih sekali rasanya.
seluruh tubuhku seperti tertampar dengan keras.
sudah merah-merah ditambah perih.
ya, akibat seharian berenang ditengah hantaman matahari ini.

seluruh badanku terasa remuk dan lelah.
seluruh tubuhku terasa sakit dan perih.
hantaman mantahari disini sungguh luar biasa sekali.
aku semacam baru saja masuk dalam oven dan akhirnya gosong..

ketika aku sedang membereskan kegiatanku seperti biasanya.
ketika aku sedang sibuk melakukan aktivitas ku.
tiba-tiba saja ponsel ku berdering.

dan aku segera menghampiri ponselku dan meninggalkan sejenak pekerjaan ku tersebut.
aku melihat ponselku, dan membaca nama siapa orang yang menghubungiku pagi ini.

"Tuan Samosir :*"
yeeees, this my father.
woooooow betapa bahagianya hatiku saat ini.
bapak meneleponku ketika aku sedang merasakan rindu yang luar biasa itu.
betapa bahagia sekali hatiku, setelah berminggu-minggu aku tak pernah lagi mendengar suaranya itu.
ya, sudah lama sekali aku tak mendengar suara bapak.
entah bapak sulit sekali berbicara banyak padaku, dia merasa aku harus jadi anak yang kuat.

ku angkat telepon tersebut dan ku sapa dengan lembut beliau ditelepon.
"hallo, pak. ada apa?"

"lagi dimana kamu?"
"dirumah, pak.."
"lagi ngapain?"
"nyuci baju."
"oh yaudah ya."
"udah aja pak? hih. ada apa pak?"
"tak apa-apa nak."
"ih, bapaaaak.."
"apa?"
"minta uang mau beli baju buat Natalan. aku nggak punya baju, baju aku semua di Bandung.."
"nggak ada. pake uangmu dulu saja. lagian ngapain beli baju? kau udah gede.."
"ih peliiiiit :("
"yaudahlah ya..."
"iya yaudah. daaaah pak. I miss you.."

telepon pun mati.

dan begitulah bapak kalau sudah meneleponku.
jangankan memberikan uang, bahkan menanyakan kabarku diawal perbincangan pun tidak.
beliau memang tak pernah banyak berbasa-basi.
beliau seorang yang cuek, namun entah mengapa ketika beliau meneleponku pagi ini.
semua terasa berbeda.
aku menangkap ada rasa rindu yang menyelinap dalam hatinya, sehingga ia menghubungiku.
ada rasa khawatir dengan keadaan ku, meski tak dikatakannya secara langsung.
mungkin baginya dengan aku aku mengangkat teleponnya, dan berbicara dengan penuh riang adalah pertanda bahwa aku baik-baik saja disini.
ditempat ini.
meskipun semuanya itu hanyalah aku tutupi agar tak tercipta khawatir yang luar biasa dalam diri beliau.
aku merindukanmu pak.

dan bahkan ketika aku meminta untuk dibelikan baju Natal.
Ia berpesan untuk tidak meminta banyak hal?
ya Tuhan, aku memang salah.
bahkan sangat salah.
harusnya aku menyadari pengeluaran beliau selama ini.
mengapa aku masih harus membebani beliau dengan meminta uang untuk keinginanku?
maafkan aku pak. maafkan aku.
aku tak bermaksud seperti itu.
aku tahu, setelah aku merengek memohon permohan agar keinginanku terkabul.
Kau pasti sedang menghitung berapa banyaknya kerutan yang ada di dahimu demi mengabulkan permintaan ku yang mungkin berlebihan ini ya?
bukan pak, sebenarnya aku tak menginginkan itu semua.
aku hanya merindukanmu, aku merindukan suara mu ditelepon itu.
aku hanya ingin lebih lama bercanda denganmu pak. hanya itu.
aku rindu kasih sayangmu kepadaku. aku rindu setiap hari bisa melihatmu.

dan baru saja ponselku berdering kembali. ku tatap layar ponselku dan tertera disana sebuah nama. nama yang tak asing lagi bagiku. "Nyonya Samosir"
oh Tuhan, mengapa hari ini kau sangat mendengarkan permohonan ku?
betapa aku juga merindukan Mama.
aku merindukan pelukan mama yang bisa menenangkan hatiku disaat yang genting seperti ini.
tak jauh berbeda dengan Bapak.
Mama memang lebih banyak bercanda denganku. Namun mama sama sekali tak menanyakan keadaanku.
aku rindu mereka Tuhan. Aku sangat merindukan Mama dan Bapak ku.

bercerita dengan Mama bisa membuatku sedikit lebih lega terhadap beban ini.
aku bangga pada mu Ma.
kau selalu bisa membagi tanggung jawabmu yang luar biasa itu.
maaf aku tak bisa membantumu disana.
ketahuilah aku saat ini ingin sekali melihatmu ma. ingin sekali memelukmu lalu bermanja-manja denganmu.

terutama hal yang sama ku katakan pada Ibuku, bahwa aku menginginkan baju baru.
sontak Mama hanya berkata.
"nanti ya, nanti kalau ada uang lebih Mama kirimkan. si Melan lagi ada pengeluaran buat Natal sekolahnya. belum si Ucok harus bayar uang buat Ujian. ditambah Mama harus ngirim uang buat si Aldi, Aldo dan Damianus. Opung nggak ngasih uang buat mereka. kasian mereka belum punya baju Natal. Si melan sama Ucok juga belum beli baju Natal kok :)"

daaaaaan kata-kata itu bisa bikin aku tertampar. bisa bikin aku merasa bersalah.
dengan tenang Mama mengucapkan kata itu? dan bodohnya aku malah bilang Mama jahat?
oh Tuhaaaan..
maafkan aku. sekali lagi aku minta maaf Tuhan.
sungguh ini semua kesalahanku.
aku sangat mencintai beliau Tuhan.
aku sangat menyayangi beliau Tuhan.
aku tak mampu berkata-kata lagi.
dan hanya bisa berkata
"ya udah lah ma. nggak usah dipikirin. nanti aku cari uang sendiri aja. udah ya ma aku mau tidur dulu. nggak enak badan soalnya."

"kamu kenapa? jangan kecapean makanya. jangan sok kuat juga."

"iya Mamaku.."

"ya udah ya, mama juga mau beresin kerjaan, ngoreksi nilai sama ngolah nilai dulu. hari Jumat udah bagi raport. si Melan bagi rapot hari Rabu. doain supaya bagus ya. daaaaah. Tuhan berkati.."

"oke Ma, I miss you. Tuhan berkati."

-telepon terputus-

alhasil setelah obrolan dengan dua orang yang sangat penting bagiku.
aku menarik kesimpulan bahwa aku tak bisa banyak meminta.
ini terlalu berat.

saat ini aku ingin sekali berada dipangkuan Mama. mendekap Mama.
mengajak nya bercanda seperti biasanya.
membantunya membereskan pekerjaan rumah.
membuatkannya segelas teh hangat ketika ia sedang mengalami kelelahan.
mendengarkannya bercerita tentang segalanya.
mendengarkan setiap ocehan dan rewelannya.
membaca setiap sms yang selalu berbunyi sama.

bodoh sekali ya Tuhan.
aku pikir dengan tak adanya aku dirumah, beban Mama bisa lebih ringan.
namun ternyata itu masih sangat berat baginya.
aku ingin sekali membantu beliau Tuhan.
secepatnya aku harus membantu beliau.

aku sangat mencintai Mama.
aku sangat mencintai Bapak.
maafkan aku Ma, Pak. masih belum bisa memahami keadaan kalian disana.
seakan ini menjadi tamparan dan juga pelajaran bagiku.
bagi hidupku lebih tepatnya.

aku tak akan membebani kalian lagi Ma, Pak.
doaku selalu ada untuk kalian.
berbahagialah meski tanpa aku.
meski aku jauh, aku selalu ada ditengah-tengah kalian.
aku selalu bisa merasakan apa yang sebenarnya kalian rasakan.
aku hanya merindukan kasih sayang itu Ma. Pak.
akan ada cerita yang aku bagikan ketika aku pulang nanti.
akan ada kisah yang akan aku bagikan ketika aku berjumpa nanti.

terimakasih untuk waktu teleponnya. terimakasih untuk suara dan pesan-pesannya setelah hampir dua minggu tak ada komunikasi antara kita.
percayalah, aku selalu merindukan kalian.
aku sangat merindukan kalian.
aku mencintai kalian.

Tunggu aku Ma.
Tunggu aku Pak.

"dan diantara keindahan bintang malam ini. hanya ada satu bintang yang paling terang. Kasih sayang Mereka. Aku mencintai Ayah dan Ibuku..."


Kalimantan, 161213 22:25
ruang redaksi
APS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar